Tak mungkin engkau bisa, manakala engkau tak biasa
Tak mungkin juga engkau biasa ketika tak di paksa
Bisa karena biasa. Terpercaya karena kita ada punya rasa
Punya pilihan sebagai hakekat keberadaan
Kholipah di bumi alam
Ada ada karena punya jiwa yang terpatri sebagai insan
Mahluk manusia di bumi alam
Terpancar keindahan terpancar kesucian indahnya kehidupan
Kholipah di bumi alam
Itulah hakekat keberadaan sebagai insan kesucian
Kenapa hari ini tak bekerja, kenapa juga jadi tersiksa
Bilakah kita benar ada. Punya jiwa kholipah di jagat raya
Bilakah benar kita punya rasa kenapa hari tak bekerja
Raga tak memulyakan rasa, sebagain insan yang mulya
Tentulah kesia sia itu berlalu..
penderitaan mengilhami kehidupannya
Kenapa ragawi tak memulyakan rasa
Raga tak meulyakan pilihan sebagai hakekat keberadaan
Kehidupan yang teramat membahagiakan
Indahnya pancaran tuhan bersanding di kehidupan
Nurani tak kau miliki. Raga tak ada kesucian hati
Mana yang dapat ngkau hadirkan dikehidupan
Indahnya dikesucian, nikmatnya dikehidupan
Penderitaan mengilhami kehidupannya
Pekak dengan keadaan, terasa di kehidupan
Raga kau mulyakan hati kau sucikan
Terpapar indahnya kehidupan di bumi Alam
Apa yang dapat ngkau sampaikan dalam buritan kehidupan
Mengikuti keinginan hati yang tak peduli
Tentualah kita Berjaya di sepanjang masa
Alur kita berpikir, bertafakur menatap hati,
bekerja beralaskan rimba raya, lantai tertatata indah
Tanah mengegliat menyuarakan kesahduan
Keindahan akan hari ini tak dimilikinya lagi
Tak tahu dan harus bagaiamana, hidup bersimbah sedih meruah
Berjalan bertopangkan kayu, dengan sehelai baju di badan
Apa yang dapat ku sampaiakan detik dunia diakhir
keterpurukan
Sungguh sudah jauh melangkah, beriringan tak sepadan dengan
harapan
Tak tahu dan harus bagaimana kulangkahkan, kaki beralaskan
dedauanan kering
Sungguh nista dalamnya hidup, kejam mewarnai
keangkaramurkaan
Betapa hidup ini sungguh kelam, tak berandai rantingpun
berjatuhan
Sekeping emas di tangan, tak adakah sesuatu yang menghampirinya
Tak adakah seseorang yang ingin memilikinya.
Berduka sungguh berduka, bersedih tak beralaskan baju
Menghilang diketinggian, merajut tak kesampaian
Mahkota alam menghilang dengan gamblang sungguh tak
kelihatan
Tak ada jejak tak ada kesudahan, sebulan lamanya aku
menunggu
Menanti akan kasih yang sejati
Semasa aku berjalan, semasa itupula aku banyak terdiam
Melihat kekanan dan kekiri, berujung dipangkal keteduhan
hati
Disanalah mulai banyak orang menyebrang melintas tanpa
batasan
Berjalan menyebrang arus sungai yang dangkal. Terlihat
disisi kiri
Sisi kanan yang tenang dengan aora kidung tuhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar