Minggu, 07 Agustus 2011

Neraca dalam cerita, cerita berwujud nyata

Sesaat terbuai kaku melihat bergelimpangan mayat mayat tak terkuburkan. sejenak beristirahat menarik napas dalam dalam, terlihat sangat layu dan menyedihkan tak lelah aku pandang, Ia memperlhatkan kekecewaan. dalam pangkuan tak jadi keaslian, penglihatan muram sungguh mengecewakan bangkai darah sungguh tak bertuan. letih layu bagai tak mengenyam kebahagian. sungguh kelihatan mayat mayat tak mengenakan pakaian, sungguh ngeri diperlihatkan, sungguh kasihan terpapar dalam bingkai kehidupan.

Tak bermoral tak ada rasa kemanusian. rasa ibu hilang dalam keberadaan terseret arus keserakahan. sungguhkah dalam kehidupan ini dipenuhi dan disesaki dengan orang orang yang tak bermoral. manusia hilang kendali, manusia tak tahu tata budi, bergerak seenak hatinya, seenak perutnya, bergerak tak memperdulkan akan artian dari kehidupan. sungguh kasihan alam didera dengan tipuan kepalsuan didera arus kemunapikan, sungguh moral hazart telah hilang di bumi pertiwi, sungguh keangkara murkaan merajai kehidupan. sebutan diagungkan cuma sebatas cerita yang jadi kebiasaan, tapi nyata dalam perlakuan tak ada kebenaran tak ada rasa kemanusian, sungguh prilaku hewan, menguasai kehidupan. pesan apa yang disampaiakan. pesan apa yang dihaturkan hingga manusia sekarang lupa akan hakiki keberadaan, sejatinya untuk menemukan keaslian kehidupannya, jati diri seorang manusia berubah wuud jadi pemangsa di alamnya, mendera kehidupan yang fana yang kekal dihilangkan keberadaanya, yang hancur sungguh kemulyaan dinyatakan dalam keberadaanya. mau dibawa kemanakah alur cerita yang tak berujud nyata dalam hamparan kehidupan.

Sungguh fakta berselimpangan dengan cerita yang jadi wacana, bertepuk tangan sebelah tak menyaringkan alunan, sungguh perlakuan tak bisa dibenarkan, perlakuan hewan merajai kehidupan. cerita bermuram durja, cerita hanya wacana tak ada karya tak ada suasana, kebahagian sebagaimana yang Ia impikan. galau menyelmuti keresahan menghinggapi kehidupan, sungguh mengerikan terbuai alam kedurjanaan, sapi perasan bergelimpangan, sapi olahan sungguh diagungkan namun kenyataan kenyataan ini sungguh bangkai berhamburan di alam kesunyataan.

Pergilah dengan kasih pergilah dengan ciptaan keindahan yang melupakan hakekat keberadaan mansia itu sendiri sungguh ngeri dengan penampakan yang sekarang, alam berubah dengan sepekan berlari kencang mengejar buruan saling mengkebiri khidupan, yang sejatinya untuk dimulyakan. ada apakah dengan kenyataan ini sunguh ngeri diperlihatkan sungguh muak didengarkan alam berubah dengan cara pandang yang jadi tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar