Jumat, 26 Agustus 2011

Bejana tampilan dalam alas berkehidupan

Berbuih serasa tak ada malu..tapi tampak muka kelihatan geli..bermimik muka terperana dengan yang ada..

yang ada sungguh jauh meninggalkan... pergi entah kemana..tak kau tinggalkan..tak meninggalkan..

pesan tentang keberadaan.. diperjalanan, dipersimpangan sungguh tak ada sahutan.. meninggalkan dengan tak memberitahukan, tak mengingatkan.. pesan yang menepikan impian..tapi sungguh nyata dipersimpangan kehidupan berkembang berjalan, dengan tak ada keseimbangan, hilang dalam terpaan buih gelombang pasang,..keragauan mewarnai,,hilang kepercayaan menghantui.. dalam buaian sang Ibu Pertiwi,, pandangan berselimpangan, sungguh tak bertuan,.. tak sepadan dengan yang berkembang,, perkembangan hanyalah sebutir kebohongan,, semata mata hanya berkias dalam dikedalaman..tapi nyata yang terlihat,, sungguh dalam dangkal dihamparan,, dunia yang jadi rebutan pemangsa kelaparan..



Sungguh ironis berjubah putih, berkemejakan hitam putih. kerudung putih berjilbab bertahtakan mekah,, tapi nyata dalam dikedalaman,.. wajah tampilan wajah kemayu keibuan, tak terbersik di hamparan,.. dalam dikedalaman, itu semua hanya selimut kepalsuan, berkedok beraroma klembutan, beraroma keibuan.. ibu pertiwi dalam guritan, ibu pertiwi dalam sanjungan, kemeja hitam penghias wajah, berselendang putih hanya penghias baju baju kemunapikan..



Cermin hati penghias diri..cermin hati penghias diri.. ada dalam isarat tahta yang suci..bermegah megahan dengan sepadan..baju keningratan bermahkotakan intan berlian, jadilah permata kehidupan dalam realitas dunia nyata. kehidupan bukan penampang, bukan juga alas, tapi ber,alaskan berpenampangkan, cerminan hati cerminan diri dalam realitas yang suci...



Bermgah megahan beralaskan keindahan, tercermin dalam prilaku kehidupan nyata,, tak ada yang tak sampai bila sudah teruji bila sudah jadi nyali, dalam kaidah keadiluhungan,,dalam kaidah kemashuran tercermin dalam mihrab yang agung..

sungguhkah kaidah yang maha adiluhung tercerminkan dalam kehidupan yang nyata.. tak iba kita melihat tak iba kita bercermin dalam kancah kehidupan yang sejatinya.. sungguh realitas itu tak terjadi dikehidupan nyata..

mau kemankah alam berkembang nan sunyi.. berjalan dengan tak pasti,,bergelombang berkerikil , batu sandungan menghilhami keberadaan kehidupan yang hakiki..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar